Selasa, 24 Desember 2013

Seorang Muslim Nggak Bakal Bingung Ngelamar Kerja

Seorang Muslim Nggak Bakal Bingung Ngelamar Kerja

     Setelah ijazah kita tenteng ke sana-kemari, nglamar sana nglamar sini, keluar masuk kantor dan instansi, daftar CPNS nggak juga katut alias nyantol, akhirnya kita nyerah, kemudian mencoba berpikir, emang usaha apa hari gini? Sekolah aja nggak nyampe bangku kuliahan? Ya, kalaupun jebolan anak kuliahan, IP-nya nggak lebih dari 3,00. Gimana dong?

      Waduh... ini yang namanya sudah kena sindrom apatis, letoi semangat, rendah diri, sempit pikiran, dan lain-lain. Padahal ya, apabila seorang pelajar atau mahasiswa menuntut ilmu hanya karena ingin mendapatkan pekerjaan yang bagus dan mapan di hari kelak, sebenarnya mereka nggak akan mendapatkan apa-apa, kecuali hanya selembar ijazah saja.

     Kesuksesan itu nggak sepenuhnya identik dengan pendidikan dan ijazah. Banyak orang yang nggak ‘makan’ bangku sekolah dan buta huruf, tapi hidupnya mapan dan membanggakan. Nggak usah jauh-jauh. Lihat saudara kita yang sering kita lihat nongol di TV Paklik Tukul Arwana. Dia nggak pernah makan bangku kuliahan dan ‘kenalan’sama dosen. Tapi lihat saja, banyak sarjana yang jadi pelayan dan ‘ngenger’ di balik acaranya yang kesohor itu. Hal ini cocok dengan penelitian seorang arsitek bernama Charles Schreiber dari Harvard University yang dituangkan dalam bukunya, Live and Be Thru Psycho- Cybernetic.

     Dalam penelitiannya ini, dia menemukan bahwa ternyata, 85% orang itu mendapatkan pekerjaannya lebih disebabkan oleh sikap, attitude, dan nilai-nilai kepribadian mereka, sedang hanya 15% saja yang mendapatkan pekerjaan dan kesuksesan karena kepandaian mereka. Dengan kata lain, hanya 15% orang yang mendapatkan pekerjaan setelah capek menempuh jenjang pendidikan mulai dari bangku SD sampai bangku SMU atau kuliah.

     Nah sobat, agar kamu nggak kebingungan mencari kerja, dalam Artikel ini penulis menawarkan beberapa jenis maisyah, pekerjaan, atau usaha khas yang bisa kita lakukan, khususnya bagi kita yang biasa bergelut di dunia keislaman. Baik sebagai pelajar Muslim, santri, maupun sarjana-sarjana Islam. Lho, kenapa begitu? Ya nggak pengin membedakan sih, tapi setidaknya, seorang dengan titel pelajar Muslim, santri, atau sarjana Islam itu memunyai beberapa ciri unggulan, yakni sebagai berikut.

     Pertama, dalam diri seorang pelajar Muslim, santri, atau sarjana Islam sudah tertanam jiwa berdakwah. Mereka punya kapasitas untuk bersyiar dan beribadah dalam setiap langkah kehidupannya. Seseorang yang dididik dan dipahamkan nilai Sesungguhnya hidup dan matiku hanya untuk Allah, sebagaimana janjinya dalam shalat,
  maka sadar atau nggak, semangat dan motivasi berjihad (baca: bersungguh-sungguh) akan selalu menyertainya, hingga bersedia memikul setiap risiko yang bakal dihadapi.

    Kedua, seorang santri, pelajar Muslim, dan sarjana Islam punya dasar keberagamaan yang relatif lebih kuat. Banyak peluang usaha yang hanya bisa digarap oleh manusia yang bertitel seperti itu, atau minimal sosok yang bermental begitu. Misalkan saja, ia punya nilai lebih dalam hal membaca Al-Quran, memahami Al-Quran dan Hadits, memahami kajian fiqih dan akhlak, serta dididik di almamater pondok atau madrasah untuk bisa menyampaikan amanah ilmu yang ia terima.
     Alhasil, jadilah dia sosok yang dapat menasarufkan hidupnya dan menjadi seorang dai dalam artian yang luas, walau dia nggak pernah minta atau mengandalkannya. Toh begitu, sebagaimana dikatakan, ‘buatlah sebab, maka akibat akan mengikuti’. Maka barang siapa yang berbuat, insya Allah hasil atau ‘ujroh’ secara otomatis akan membuntutinya.

     Yang ketiga, seorang santri, atau lebih tepatnya mereka yang bermental santri, mau diapa-apakan juga tetap tahan banting ketimbang yang nggak punya titel santri. Lingkungan pendidikan santri telah membentuknya sedemikian rupa, hingga ketika susah atau gagal dalam perjuangan dan kerja, dia tetap sabar, qanaah, dan tawakal.
     Ketika sukses, dia juga semakin rendah hati (tawadhu’) dan semakin syukur. Ketika dituntut bekerja keras, dia akan semakin ulet, profesional, amanah, bertanggung jawab, dan mandiri. Itulah profil santri. Makanya, seperti yang kita tahu, nggak sedikit perusahaan, instansi, atau kantor yang ingin mencetak anak buah dan karyawannya agar bermental santri dengan berbagai pelatihan serta training keislaman.

     Terakhir, harapannya semoga profil dan gambaran ladang jihad dalam usaha santri yang penulis ulas dalam artikel ini senantiasa dapat berkah dari Allah SWT. 
      Menjadi inspirasi dan motivasi, dan bahkan ke depan semoga menjadi ladang mencari kehidupan untuk memberikan nafkah bagi keluarga, selain menjadi wahana berderma bagi sesama, dan yang paling utama sebagai ajang berdakwah sekaligus mencari keridhaan Allah. Berikut ini penulis akan menyuguhkan beberapa gambaran profil usaha yang sangat mungkin untuk digeluti seorang pelajar Muslim, santri, dan juga sarjana Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar